Mengenal Lebih Dekat Kepribadian dan Budi Pekerti Rasulullah SAW

A. BENTUK TUBUH RASULULLAH SAW.

Adalah Rasulullah saw. tidak berperawakan terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Beliau berperawakan sedang diantara kaumnya. Rambut tidak keriting bergulung
dan tidak pula lurus kaku, melainkan ikal bergelombang. Badannya tidak gemuk,
dagunya tidak lancip dan wajahnya agak bundar. Kulitnya putih kemerahmerahan.
Matanya hitam pekat dan bulu matanya lentik. Bahunya bidang. beliau
memiliki bulu lebat yang memanjang dari dada sampai ke pusat. Tapak tangan
dan kakinya terasa tebal. Bila Beliau berjalan, berjalan dengan tegap seakanakan
Beliau turun ke tempat yang rendah. Bila Beliau berpaling maka seluruh
badannya ikut berpaling. Diantara kedua bahunya terdapat Khatamun Nubuwah,
yaitu tanda kenabian. Beliau memiliki hati yang paling pemurah diantara
manusia. Ucapannya merupakan perkataan yang paling benar diantar semua
orang. Perangainya amat lembut dan beliau paling ramah dalam pergaulan.
Barang siapa melihatnya, pastilah akan menaruh hormat padanya. Dan barang
siapa pernah berkumpul dengannya kemudian kenal dengannya tentulah ia akan
mencintainya. Orang yang menceritakan sifatnya, pastilah akan berkata: “Belum
pernah aku melihat sebelum dan sesudahnya orang yang seistimewa Beliau
saw.” Rasulullah mempunyai gigi seri yang renggang. Bila Beliau berbicara terlihat
seperti ada cahaya yang memancar keluar antara kedua gigi serinya itu.”

B. BENTUK KHATAMUN NUBUWAH.
“Aku pernah melihat khatam (kenabian)…. Ia terletak antara kedua bahu
Rasulullah saw. Bentuknya seperti sepotong daging berwarna merah sebesar
telur burung dara.”
(Diriwayatkan oleh Sa’id bin Ya’qub at Thalaqani dari Ayub bin Jabir, dari Simak bin Harb
yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)

C. RAMBUT RASULULLAH SAW
“Rambut Rasulullah saw mencapai pertengahan kedua telinganya.”
(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Ismail bin Ibrahim, dari Humaid yang bersumber dari
Anas bin Malik r.a.)
“Rasulullah saw. adalah seorang yang berbadan sedang, kedua bahunya bidang,
sedangkan rambutnya menyentuh kedua daun telinganya.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Abu Qathan, dari Syu’bah dari Abi Ishaq yang
bersumber dari al Bara’ bin `Azib r.a.)
“Rambut Rasulullah saw. tidak terlampau keriting, tidak pula lurus kaku,
rambutnya mencapai kedua daun telingannya. ”
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Wahab bin Jarir bin Hazim, dari Hazim
yang bersumber dari Qatadah)

D. CARA MENYISIR RAMBUT

“Sesungguhnya Rasulullah saw., dulunya menyisir rambutnya ke belakang,
sedangkan orang-orang musyrik menyisir rambut mereka ke kiri dan ke kanan,
dan Ahlul Kitab menyisir rambutnya ke belakang. Selama tidak ada perintah lain,
Rasulullah saw. Senang menyesuaikan diri dengan Ahlul Kitab.
Kemudian,Rasulullah saw. menyisir rambutnya ke kiri dan ke kanan.”
(Diriwayatkan oleh Suwaid bin Nashr dari `Abdullah bin al Mubarak, dari Yunus bin Yazid,
dari az Zuhri, dari `Ubaidilah bin `Abdullah bin `Utbah, yang bersumber dari Ibnu `Abbas

E. CELAK MATA RASULULLAH SAW
Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a. dikemukakan:
Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: “Bercelaklah kalian dengan Itsmid*, karena
ia dapat mencerahkan pengliahatan dan menumbuhkan bulu mata. Sungguh
Nabi saw. Mempunyai tempat celak mata yang digunakannya untuk bercelak
pada setiap malam. Tiga olesan di sini dan tiga olesan di sini.”
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Humaid ar Razi, dari Abu Daud at Thayalisi, dari Abbad bin Manshur, dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)
• Itsmid adalah batu celak biasanya berupa serbuk. Warnanya hitam atau biru. Serbuk itsmid dioleskan pada bulu mata atau disapukan di sekeliling mata.
• Yang dimaksud di sini adalah tiga olesan di mata sebelah kanan dan tiga olesan di mata
sebelah kiri.

F. PAKAIAN RASULULLAH SAW
“Pakaian yang paling disenangi Rasulullah saw. adalah Gamis.”
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Humaid ar Razi, dari al Fadhal bin Musa, diriwayatkan
pula oleh Abu Tamilah dan Zaid bin Habab, ketiganya menerima dari `Abdul Mu’min bin
Khalid, dari `Abdullah bin Buraidah, yang bersumber dari Ummu Salamah* r.a.)

“Sesungguhnya Nabi saw. keluar (dari rumahnya) dengan bertelekan kepada
`Usamah bin Zaid. Beliau memakai pakaian Qithri yang diselempangkan di atas
bahunya, kemudian beliau shalat bersama mereka.”
(Diriwayatkan oleh `Abd bin Humaid , dari Muhammad bin al Fardhal, dari Hammad bin
Salamah, dari Habib bin as Syahid, dari al Hasan, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
• Qithri adalah sejenis kain yang terbuat dari katun yang kasar. Kain ini berasal dari Bahrain tepatnya dari Qathar
Dalam sebuah riwayat Anas bin Malik r.a. mengemukakan: “Pakaian yang paling
disenangi Rasulullah saw. ialah kain Hibarah*.”
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Mu’adz bin Hisyam dari ayahnya, dari
Qatadah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
• Kain Hibarah ialah kain keluaran Yaman yang terbuat dari katun.
“Rasulullah saw. bersabda: “Hendaklah kalian berpakaian putih, untuk dipakai
sewaktu hidup. Dan jadikanlah ia kain kafan kalian sewaktu kalian mati. Sebab
kain putih itu sebaik- baik pakaian bagi kalian.”
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, dari Basyar bin al Mufadhal, dari `Utsman Ibnu
Khaitsam, dari Sa’id bin Jubeir, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

“‘Aisyah r.a. memperlihatkan kepada kami pakaian yang telah kumal serta
sarung yang kasar, seraya berkata :”Rasulullah saw. dicabut ruhnya sewaktu
memakai kedua pakaian ini”.
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Ismail, dari Ayub, dari Humaid bin Hilal, dari Abi Burdah yang bersumber dari bapaknya).
“‘Utsman bin Affan r.a. memakai sarung yang tingginya mencapai setengah
betisnya. `Utsman berkata : “Demikianlah cara bersarung sahabatku (yakni Nabi
saw.)”.(Diriwayatkan oleh Suwaid bin Nashr, dari `Abdullah bin al Mubarak, dari *Musa bin `Ubaidah, dari Ayas bin Salamah bin al Akwa’ yang bersumber dari bapaknya).
• Musa bin `Ubaidah, menurut Imam Ahmad periwayatannya tidak syah.
“Rasulullah saw. memegang ototbetis kakiku dan betis kakinya, lalu bersabda:
“inilah tempat batas sarung. Jika kau tidak suka di sini, maka boleh juga
diturunkan lagi. Jika kau tidak suka juga, maka tidak ada hak lagi bagi sarung
menutup kedua mata kaki”.
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, dari Abul Ahwash, dari Abi Ishaq, dari Muslim bin
Nadzir, yang bersumber dari *Hudzaifah Ibnul Yaman r.a.)
• Hudzaifah Ibnul Yaman r.a., ia adalah sahabat Rasulullah saw. Ia masuk Islam sebelum
ghazwah Badar. Ia wafat tahun 36 H.

Tinggalkan komentar